TAMADDUN
MELAYU
Kuantan Singingi
Budaya Tradisi Kuansing
“RANDAI KUANTAN”

Disusun Oleh :
NAMA :
ARIS SUGIARTO
NPM : 180210009
Dosen Pengampu
H.
MASHADI, SP.,M.Si
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
T.A 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Teriring do’a sebagai
seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan segala puji syukur
milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan penuh
hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Randai ”.
Sholawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sang
penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang tercinta dan
umatnya yang setia akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya,
Amien….
Dengan
terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini .
Sebagaimana pepatah
mengatakan Tiada gading yang tak retak, maka penulisan
makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran
penyempurnaan, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
Teluk
Kuantan,4 Februari 2019
Aris
Sugiarto
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
I
Daftar Isi.............................................................................................................................
II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1
1.2 Tujuan Makalah.................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan................................................................................
2
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan...................................................................
3
2.3 Perkembangan Randai.......................................................................................
6
2.4 Cara Bermain Randai........................................................................................
6
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat..........................................................
9
2.6 Maestro Randai Kuansing.................................................................................
9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
10
3.2 Saran.................................................................................................................
10
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akhir-akhir ini telah
banyak berbagai macam musik baru yang baru kita kenal di masyarakat,seperti
adanya musik barat,pop,dangdut,dll. Masyarakat cenderung lebih tertarik kepada
hal-hal yang baru,dan mereka melupakan musik-musk tradisional yang dari dulunya
ada sejak zaman nenek moyang kita,bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal
musik-musik di daerahnya.
Di kalangan remaja
apalagi,mereka cenderung menyukai musik-musik baru seperti barat,pop dan
dangdut,yang menurut mereka itu”gaul” dan nge-tern.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
1.2 Tujuan
Makalah
1.Memahami asal usul
randai.
2.Memahami
perkembangan randai.
3.Memahami cara
bermain randai.
4.Memahami fungsi
musik randai dalam masyarakat
5.Mengetahui Maestro
Randai Kuansing
6.Mengenalkan Randai
Kuansing
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan
Randai Kuantan merupakan seni teater rakyat
asal Kuantan Singingi yang cukup terkenal hingga saat ini. Di tahun 2016,
pertunjukan seni ini masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di
tingkat nasional.

Pertunjukan
Randai Kuantan bisa kita saksikan pada acara-acara khalayak seperti pesta pernikahan,
khitan, syukuran, kelahiran anak dan sebagainya. Durasi pertunjukannya bisa
memakan waktu 3 hingga 4 jam lamanya, tergantung pada alur cerita yang
ditampilkan. Para anak randai menggunakan pakaian sesuai dengan perannya
masing-masing. Di awal dulu soal pakaian ini tak begitu diperhatikan. Anak
randai bisa memakai pakaian biasa. Namun saat ini bahkan setiap kelompok
umumnya telah memiliki seragam untuk penampilan. Ada juga yang tetap
disesuaikan dengan tokoh yang dimainkannya. Joged menjadi unsur yang
sangat penting dalam pertunjukan randai. Joged ini nantinya akan melambangkan
kebersamaan, terutama setelah lingkaran yang dibuat oleh para pemain lebur
dengan penonton. Dengan kekuatan randai, berandai-andai mampu menyatukan
nilai-nilai kebersamaan dan unsur hiburan.
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan
Randai mulai dikenal oleh masyarakat
Batang/Sungai Kuantan (Indragiri) sejak tahun 1930-an. Tepatnya dibawa oleh
para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan
randai dari daerahnya. Saat itu perdagangan getah/karet sedang mencapai puncak
kejayaannya sehingga pada pedagang Minangkabau banyak yang berkunjung ke daerah
tersebut. Salah satu penampilan randai yang disajikan oleh para pedagang
Minangkabau pada saat itu adalah cerita Cindur Mato. Dalam perkembangannya,
pertunjukan randai ini mulai dimainkan oleh warga setempat, hingga kemudian
keseluruhan dilakukan oleh masyarakat Kuantan dengan menggunakan budaya
tempatan sepenuhnya.
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira. Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira. Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
1.
Lingkaran pemain yang duduk berjongkok menyaksikan adegan-adegan
di dalam lingkaran itu,
2.
Teriakan-teriakan hep-heptaaa di
awal dan akhir suatu adegan sambil berdiri atau duduk,
3.
Serta dendang ”Palayaran” (sebuah lagu yang diiringi alat musik
tunggal biola, bagai meratapi perjalanan atau derita yang dialami si tokoh
cerita).
Pada awal-awalnya tradisi ini dilakukan, setiap
kelompok randai biasanya akan didampingi oleh tetua
kampung yang menjaga semangat kebatinan magis para pemainnya.
Seorang tetua kampung akan jongkok menyaksikan kelompoknya bertanding, sehingga
ada semacam perang magis antar tetua kampung. Namun seiring dengan waktu, hal
ini mulai diabaikan oleh masyarakat sehingga nilai pertunjukan yang dihadirkan
semata-mata untuk memenuhi unsur hiburan.
Seiring dengan pelestarian budaya pacu jalur,
Randai Kuantan ini juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu
buktinya adalah pertunjukan ini sering ditampilkan pada even budaya nasional
pacu jalur yang dilakukan setiap tahun. Randai menjadi pertunjukan tradisional
yang sering disewa untuk kegiatan pesta atau hajatan-hajatan warganya. Para
pemainnya pun diberi uang lelah sehingga mereka tetap mau menghidupkan tradisi
pertunjukan Randai Kuantan. Salah satu cerita randai yang cukup terkenal adalah
kisah Ali Baba dan Fatimah Kayo. Randai Kuantan pun mulai
dibawa ke luar negeri untuk diperkenalkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal
Riau, Indonesia
Pada awalnya randai
adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau
syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang berasal dari gerakan
2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau Konon kabarnya ia sempat
dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika mesyarakat tersebut
berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Randai di Minangkabau
suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang, berkelompok atau beregu,
dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato,
Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Pemeran utama
berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita
yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan
berlansungnya acara tersebut. Sekarang ini Randai merupakan sesuatu yang asing
bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi
kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan
daerah Darek (daratan).
Pada awalnya Randai
adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau
syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari
gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti
kelompok Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.Jadi, Randai adalah media
untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut
sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum randai
menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai
dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah
pesisir (Padang Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini,
ada yang pola gerak dan pola dialog seperti randai.
Susunan Acara Penampilan Randai
1.
Pembukaan
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
2.
Sambutan
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
3.
Bercerita
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
4.
Istirahat
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
5.
Penutup
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
2.3 Perkembangan Randai
Randai awalnya
dimainkan oleh masyarakat Sumatera Barat,tapi sekarang Randai juga dimainkan
oleh beberapa daerah seperti di Kuantan Singingi,tapi sekarang pertunjukan
Randai ini sudah jarang di pertunjukkan oleh mayarakat.
Keunikan randai memang
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang
hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat
dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang
diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama.
Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga
kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat.
Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi.
Sewaktu pementasan
para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran,
sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan
Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain,
kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah
pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan
tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan
pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan
sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini
hampir setiap desa mempunyai kelompok randai. Sekarang ini randai merupakan
sesuatu yang asing bagi para pemuda pemudi.
2.4 Cara Bermain Randai
Randai dimainkan oleh
pemain utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,pameran utama ini bisa
berjumlah satu orang,2,3 atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan ,dan
dalam mebawakan atau memerankannya,pemeran utama diingkari oleh anggota2 lain
yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Gesekan Piual—Biola, hentakan
pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan
ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat
tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian
rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian
rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu
Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara
pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari
sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu.
Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang,
kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan
Randai.
Seni Budaya Kuansing
Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4
jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan
kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari
peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan
dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang
waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan
mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan
bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai,
terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung
cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang,
satu peniup lapri.
Keunikan randai memang
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang
hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat
dalam bentuk pantun. Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan
untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan
pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini
merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan
para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran,
sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan
Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain,
kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah
pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak
pernah melawatkan pertunjukan ini. Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan
bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak
didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai
kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai
juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai.
Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam
hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus
mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara
dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan
dengan alur ceritanya. Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal
Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada
setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji
kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival
Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili
kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau
kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok
Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka
juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran
masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan
tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si
Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu
pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo.
Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di
Kampung Kopah Teluk Kuantan.
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat
Randai merupakan suatu
kesenian asli daerah kuantan singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini
mengisahkan seorang bujang gadi ( laki-laki yang berpenampilan wanita) dalam
kehidupannya sehari-hari. Alat musik yang paling dominan dimainkan dalam
mengiringi kesenian randai ini adalah biola.
Randai merupakan musik
tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni
tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang
pemain musik, beberapa para penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini
ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para
penonton. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan
pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Randai ini dimainkan
oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini
bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari
cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan
berlansungnya acara tersebut.
2.6 Maestro Randai Kuansing
Satu
Maestro Randai yang tunak dengan pelestarian dan pengembangan budaya Randai ini
adalah Fakhri Semekot yang menghargai dan mencintai seni tradisi, terlepas dari
etnisitas. Beliau sangat menunjukkan nilai kepeloporan yang menjadi inspirasi
monumental bagi masyarakat, serta berkontribusi pada konteks kemajuan bidang
seni yang ditekuninya. Selain itu beliau memperlihatkan kepedulian pada
kemajuan bidang seni yang ditekuni dan berkontribusi pada peningkatan apresiasi
seni di masyarakat, serta memberi kontribusi positif bagi generasi muda dan
masyarakat.
TAMADDUN
MELAYU
Kuantan Singingi
Budaya Tradisi Kuansing
“RANDAI KUANTAN”

Disusun Oleh :
NAMA :
ARIS SUGIARTO
NPM : 180210009
Dosen Pengampu
H.
MASHADI, SP.,M.Si
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
T.A 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Teriring do’a sebagai
seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan segala puji syukur
milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan penuh
hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan
kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Randai ”.
Sholawat serta salam
senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sang
penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang tercinta dan
umatnya yang setia akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya,
Amien….
Dengan
terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini .
Sebagaimana pepatah
mengatakan Tiada gading yang tak retak, maka penulisan
makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran
penyempurnaan, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
Teluk
Kuantan,4 Februari 2019
Aris
Sugiarto
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
I
Daftar Isi.............................................................................................................................
II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1
1.2 Tujuan Makalah.................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan................................................................................
2
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan...................................................................
3
2.3 Perkembangan Randai.......................................................................................
6
2.4 Cara Bermain Randai........................................................................................
6
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat..........................................................
9
2.6 Maestro Randai Kuansing.................................................................................
9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
10
3.2 Saran.................................................................................................................
10
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akhir-akhir ini telah
banyak berbagai macam musik baru yang baru kita kenal di masyarakat,seperti
adanya musik barat,pop,dangdut,dll. Masyarakat cenderung lebih tertarik kepada
hal-hal yang baru,dan mereka melupakan musik-musk tradisional yang dari dulunya
ada sejak zaman nenek moyang kita,bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal
musik-musik di daerahnya.
Di kalangan remaja
apalagi,mereka cenderung menyukai musik-musik baru seperti barat,pop dan
dangdut,yang menurut mereka itu”gaul” dan nge-tern.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.
1.2 Tujuan
Makalah
1.Memahami asal usul
randai.
2.Memahami
perkembangan randai.
3.Memahami cara
bermain randai.
4.Memahami fungsi
musik randai dalam masyarakat
5.Mengetahui Maestro
Randai Kuansing
6.Mengenalkan Randai
Kuansing
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan
Randai Kuantan merupakan seni teater rakyat
asal Kuantan Singingi yang cukup terkenal hingga saat ini. Di tahun 2016,
pertunjukan seni ini masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di
tingkat nasional.

Pertunjukan
Randai Kuantan bisa kita saksikan pada acara-acara khalayak seperti pesta pernikahan,
khitan, syukuran, kelahiran anak dan sebagainya. Durasi pertunjukannya bisa
memakan waktu 3 hingga 4 jam lamanya, tergantung pada alur cerita yang
ditampilkan. Para anak randai menggunakan pakaian sesuai dengan perannya
masing-masing. Di awal dulu soal pakaian ini tak begitu diperhatikan. Anak
randai bisa memakai pakaian biasa. Namun saat ini bahkan setiap kelompok
umumnya telah memiliki seragam untuk penampilan. Ada juga yang tetap
disesuaikan dengan tokoh yang dimainkannya. Joged menjadi unsur yang
sangat penting dalam pertunjukan randai. Joged ini nantinya akan melambangkan
kebersamaan, terutama setelah lingkaran yang dibuat oleh para pemain lebur
dengan penonton. Dengan kekuatan randai, berandai-andai mampu menyatukan
nilai-nilai kebersamaan dan unsur hiburan.
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan
Randai mulai dikenal oleh masyarakat
Batang/Sungai Kuantan (Indragiri) sejak tahun 1930-an. Tepatnya dibawa oleh
para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan
randai dari daerahnya. Saat itu perdagangan getah/karet sedang mencapai puncak
kejayaannya sehingga pada pedagang Minangkabau banyak yang berkunjung ke daerah
tersebut. Salah satu penampilan randai yang disajikan oleh para pedagang
Minangkabau pada saat itu adalah cerita Cindur Mato. Dalam perkembangannya,
pertunjukan randai ini mulai dimainkan oleh warga setempat, hingga kemudian
keseluruhan dilakukan oleh masyarakat Kuantan dengan menggunakan budaya
tempatan sepenuhnya.
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira. Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira. Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
1.
Lingkaran pemain yang duduk berjongkok menyaksikan adegan-adegan
di dalam lingkaran itu,
2.
Teriakan-teriakan hep-heptaaa di
awal dan akhir suatu adegan sambil berdiri atau duduk,
3.
Serta dendang ”Palayaran” (sebuah lagu yang diiringi alat musik
tunggal biola, bagai meratapi perjalanan atau derita yang dialami si tokoh
cerita).
Pada awal-awalnya tradisi ini dilakukan, setiap
kelompok randai biasanya akan didampingi oleh tetua
kampung yang menjaga semangat kebatinan magis para pemainnya.
Seorang tetua kampung akan jongkok menyaksikan kelompoknya bertanding, sehingga
ada semacam perang magis antar tetua kampung. Namun seiring dengan waktu, hal
ini mulai diabaikan oleh masyarakat sehingga nilai pertunjukan yang dihadirkan
semata-mata untuk memenuhi unsur hiburan.
Seiring dengan pelestarian budaya pacu jalur,
Randai Kuantan ini juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu
buktinya adalah pertunjukan ini sering ditampilkan pada even budaya nasional
pacu jalur yang dilakukan setiap tahun. Randai menjadi pertunjukan tradisional
yang sering disewa untuk kegiatan pesta atau hajatan-hajatan warganya. Para
pemainnya pun diberi uang lelah sehingga mereka tetap mau menghidupkan tradisi
pertunjukan Randai Kuantan. Salah satu cerita randai yang cukup terkenal adalah
kisah Ali Baba dan Fatimah Kayo. Randai Kuantan pun mulai
dibawa ke luar negeri untuk diperkenalkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal
Riau, Indonesia
Pada awalnya randai
adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau
syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang berasal dari gerakan
2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau Konon kabarnya ia sempat
dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika mesyarakat tersebut
berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Randai di Minangkabau
suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang, berkelompok atau beregu,
dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato,
Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Pemeran utama
berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita
yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan
berlansungnya acara tersebut. Sekarang ini Randai merupakan sesuatu yang asing
bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi
kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan
daerah Darek (daratan).
Pada awalnya Randai
adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau
syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari
gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti
kelompok Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.Jadi, Randai adalah media
untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut
sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai
mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum randai
menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai
dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah
pesisir (Padang Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini,
ada yang pola gerak dan pola dialog seperti randai.
Susunan Acara Penampilan Randai
1.
Pembukaan
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
2.
Sambutan
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
3.
Bercerita
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
4.
Istirahat
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
5.
Penutup
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
2.3 Perkembangan Randai
Randai awalnya
dimainkan oleh masyarakat Sumatera Barat,tapi sekarang Randai juga dimainkan
oleh beberapa daerah seperti di Kuantan Singingi,tapi sekarang pertunjukan
Randai ini sudah jarang di pertunjukkan oleh mayarakat.
Keunikan randai memang
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang
hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat
dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang
diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama.
Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga
kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat.
Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi.
Sewaktu pementasan
para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran,
sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan
Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain,
kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah
pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan
tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan
pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan
sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini
hampir setiap desa mempunyai kelompok randai. Sekarang ini randai merupakan
sesuatu yang asing bagi para pemuda pemudi.
2.4 Cara Bermain Randai
Randai dimainkan oleh
pemain utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,pameran utama ini bisa
berjumlah satu orang,2,3 atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan ,dan
dalam mebawakan atau memerankannya,pemeran utama diingkari oleh anggota2 lain
yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Gesekan Piual—Biola, hentakan
pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan
ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat
tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian
rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian
rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu
Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara
pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari
sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu.
Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang,
kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan
Randai.
Seni Budaya Kuansing
Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4
jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan
kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari
peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan
dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang
waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan
mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan
bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai,
terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung
cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang,
satu peniup lapri.
Keunikan randai memang
mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang
hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat
dalam bentuk pantun. Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan
untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan
pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini
merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya
hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan
para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran,
sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan
Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain,
kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah
pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak
pernah melawatkan pertunjukan ini. Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan
bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak
didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai
kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai
juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai.
Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam
hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus
mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara
dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan
dengan alur ceritanya. Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal
Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada
setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji
kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival
Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili
kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau
kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok
Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka
juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran
masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan
tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si
Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu
pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo.
Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di
Kampung Kopah Teluk Kuantan.
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat
Randai merupakan suatu
kesenian asli daerah kuantan singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini
mengisahkan seorang bujang gadi ( laki-laki yang berpenampilan wanita) dalam
kehidupannya sehari-hari. Alat musik yang paling dominan dimainkan dalam
mengiringi kesenian randai ini adalah biola.
Randai merupakan musik
tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni
tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang
pemain musik, beberapa para penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini
ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para
penonton. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan
pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Randai ini dimainkan
oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini
bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari
cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama
dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan
berlansungnya acara tersebut.
2.6 Maestro Randai Kuansing
Satu
Maestro Randai yang tunak dengan pelestarian dan pengembangan budaya Randai ini
adalah Fakhri Semekot yang menghargai dan mencintai seni tradisi, terlepas dari
etnisitas. Beliau sangat menunjukkan nilai kepeloporan yang menjadi inspirasi
monumental bagi masyarakat, serta berkontribusi pada konteks kemajuan bidang
seni yang ditekuninya. Selain itu beliau memperlihatkan kepedulian pada
kemajuan bidang seni yang ditekuni dan berkontribusi pada peningkatan apresiasi
seni di masyarakat, serta memberi kontribusi positif bagi generasi muda dan
masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari karya tulis yang dibuat
penulis,kita dapat menyimpulkan bahwa musik daerah seperti Randai harus tetap
dilestarikan dan harus dikenal oleh masyarakat,terutama bagi kalangan remaja
yang mulai melupakan karya musik daerah.
3.2 Saran
Agar budaya didaerah
kita tidak hilang dan mudah dikenal di masyarakat,sebaiknya buatlah musik
daerah itu semenarik mungkin,tapi tidak merubah ciri khas dari musik daerah itu
sendiri, hal ini agar musik daerah intu banyak diminati oleh masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari karya tulis yang dibuat
penulis,kita dapat menyimpulkan bahwa musik daerah seperti Randai harus tetap
dilestarikan dan harus dikenal oleh masyarakat,terutama bagi kalangan remaja
yang mulai melupakan karya musik daerah.
3.2 Saran
Agar budaya didaerah
kita tidak hilang dan mudah dikenal di masyarakat,sebaiknya buatlah musik
daerah itu semenarik mungkin,tapi tidak merubah ciri khas dari musik daerah itu
sendiri, hal ini agar musik daerah intu banyak diminati oleh masyarakat.