Sabtu, 02 Maret 2019

MAKALAH TENTANG RANDAI KUANTAN

TAMADDUN MELAYU
Kuantan Singingi
Budaya Tradisi Kuansing
“RANDAI KUANTAN”
Description: Hasil gambar untuk gambar randai kuantan
Disusun Oleh :
NAMA      : ARIS SUGIARTO
NPM           : 180210009

Dosen Pengampu
H. MASHADI, SP.,M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
T.A 2018/2019


KATA PENGANTAR

Teriring do’a sebagai seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan segala puji syukur milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan penuh hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Randai ”.
Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang tercinta dan umatnya yang setia  akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Amien….
Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini . 
Sebagaimana pepatah mengatakan  Tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.

                                                                                                 Teluk Kuantan,4 Februari 2019
                                                                                                           
                                                                                                                  Aris Sugiarto








DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Makalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan................................................................................ 2
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan................................................................... 3
2.3 Perkembangan Randai....................................................................................... 6
2.4 Cara Bermain Randai........................................................................................ 6
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat.......................................................... 9
2.6 Maestro Randai Kuansing................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan....................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................. 10












BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Akhir-akhir ini telah banyak berbagai macam musik baru yang baru kita kenal di masyarakat,seperti adanya musik barat,pop,dangdut,dll. Masyarakat cenderung lebih tertarik kepada hal-hal yang baru,dan mereka melupakan musik-musk tradisional yang dari dulunya ada sejak zaman nenek moyang kita,bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal musik-musik di daerahnya.
Di kalangan remaja apalagi,mereka cenderung menyukai musik-musik baru seperti barat,pop dan dangdut,yang menurut mereka itu”gaul” dan nge-tern.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.

1.2 Tujuan Makalah
1.Memahami asal usul randai.
2.Memahami perkembangan randai.
3.Memahami cara bermain randai.
4.Memahami fungsi musik randai dalam masyarakat
5.Mengetahui Maestro Randai Kuansing
6.Mengenalkan Randai Kuansing






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Mengenal Randai Kuantan                                                                                          
Randai Kuantan merupakan seni teater rakyat asal Kuantan Singingi yang cukup terkenal hingga saat ini. Di tahun 2016, pertunjukan seni ini masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di tingkat nasional.
Description: Hasil gambar untuk gambar randai kuantanRandai dalam bahasa Kuantan Singingi juga sering dikaitkan dengan kata ‘berandai-andai’. Sebab dalam penampilan pertunjukan, seseorang sering tampil sebagai sosok di luar dari siapa dirinya. Seolah sedang berandai-andai menjadi diri orang lain.                                                 Pertunjukan seni randai menampilkan cerita yang disajikan dalam bentuk kisahan (narasi), cakapan (dialog), musik (instrumen dan vokal), serta tarian joget. Randai dipenuhi suasana ceria, gembira dan suka cita. Para pemainnya dibatasi dengan lingkaran yang kemedian dileburkan dengan penonton pada saat berjoged bersama. Permainan Randai di Kuantan Singingi saat ini umumnya dimiliki oleh setiap kampung, dimana setiap kampung memiliki tim khusus. Anggotanya bisa mencapai 20 hingga 30 orang. Semua orang bisa bergabung menjadi anggota randai. Para anggota randai ini disebut anak randai, sementara untuk pimpinannya disebut induk randai. Induk randai adalah seorang yang memiliki kemampuan bercerita, mampu menjadi sutradara dan bisa melatih anak-anak randai. Ada juga sebutan ketua randai, yakni sebutan untuk pimpinan kelompok yang mengurusi ihwal administratif ke pihak luar, sebab induk randai khusus untuk mengelola internal kelompok.       Pada masa dahulu, kekuatan budaya Islam sangat kuat di tengah masyarakat Kuantan Singingi, sehingga para anak randai hanya dimainkan oleh laki-laki. Jika ada peran perempuan yang harus dimainkan, biasanya tokoh laki-laki lah yang memerankannya. Hal ini untuk melindungi martabat kaum perempuan sebab umumnya pertunjukan ini dilakukan pada malam hari. 








Pertunjukan Randai Kuantan bisa kita saksikan pada acara-acara khalayak seperti pesta pernikahan, khitan, syukuran, kelahiran anak dan sebagainya. Durasi pertunjukannya bisa memakan waktu 3 hingga 4 jam lamanya, tergantung pada alur cerita yang ditampilkan. Para anak randai menggunakan pakaian sesuai dengan perannya masing-masing. Di awal dulu soal pakaian ini tak begitu diperhatikan. Anak randai bisa memakai pakaian biasa. Namun saat ini bahkan setiap kelompok umumnya telah memiliki seragam untuk penampilan. Ada juga yang tetap disesuaikan dengan tokoh yang dimainkannya. Joged menjadi unsur yang sangat penting dalam pertunjukan randai. Joged ini nantinya akan melambangkan kebersamaan, terutama setelah lingkaran yang dibuat oleh para pemain lebur dengan penonton. Dengan kekuatan randai, berandai-andai mampu menyatukan nilai-nilai kebersamaan dan unsur hiburan.
2.2 
Sejarah Asal Usul Randai Kuantan                                                    
Randai mulai dikenal oleh masyarakat Batang/Sungai Kuantan (Indragiri) sejak tahun 1930-an. Tepatnya dibawa oleh para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan randai dari daerahnya. Saat itu perdagangan getah/karet sedang mencapai puncak kejayaannya sehingga pada pedagang Minangkabau banyak yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu penampilan randai yang disajikan oleh para pedagang Minangkabau pada saat itu adalah cerita Cindur Mato. Dalam perkembangannya, pertunjukan randai ini mulai dimainkan oleh warga setempat, hingga kemudian keseluruhan dilakukan oleh masyarakat Kuantan dengan menggunakan budaya tempatan sepenuhnya. 
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira.                                                                                Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
1.      Lingkaran pemain yang duduk berjongkok menyaksikan adegan-adegan di dalam lingkaran itu,
2.      Teriakan-teriakan hep-heptaaa di awal dan akhir suatu adegan sambil berdiri atau duduk,
3.      Serta dendang ”Palayaran” (sebuah lagu yang diiringi alat musik tunggal biola, bagai meratapi perjalanan atau derita yang dialami si tokoh cerita).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi36WH9gQPGUQt2vi2DTIUj5DmR5IOjqYysiYZcT9Cdk2OdgNU3Kg2LIhjhqjWpvyMYL1YCuFWYlJfOT4yo4vEKbZiG05bTCOK5QaaYYaGr12YZ7hBWx7ZiJo2COzbJ4514mHhvW7fpWb9P/s400/Randai+Kuantan+Singingi+Seni+dan+Budaya+2.png










Pada awal-awalnya tradisi ini dilakukan, setiap kelompok randai biasanya akan didampingi oleh tetua kampung yang menjaga semangat kebatinan magis para pemainnya. Seorang tetua kampung akan jongkok menyaksikan kelompoknya bertanding, sehingga ada semacam perang magis antar tetua kampung. Namun seiring dengan waktu, hal ini mulai diabaikan oleh masyarakat sehingga nilai pertunjukan yang dihadirkan semata-mata untuk memenuhi unsur hiburan.                                                                                                         
          Seiring dengan pelestarian budaya pacu jalur, Randai Kuantan ini juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu buktinya adalah pertunjukan ini sering ditampilkan pada even budaya nasional pacu jalur yang dilakukan setiap tahun. Randai menjadi pertunjukan tradisional yang sering disewa untuk kegiatan pesta atau hajatan-hajatan warganya. Para pemainnya pun diberi uang lelah sehingga mereka tetap mau menghidupkan tradisi pertunjukan Randai Kuantan. Salah satu cerita randai yang cukup terkenal adalah kisah Ali Baba dan Fatimah Kayo. Randai Kuantan pun mulai dibawa ke luar negeri untuk diperkenalkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Riau, Indonesia
Pada awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang berasal dari gerakan 2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Randai di Minangkabau suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang, berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Pemeran utama berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut. Sekarang ini Randai merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan daerah Darek (daratan).
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti kelompok Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.Jadi, Randai adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum randai menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah pesisir (Padang Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini, ada yang pola gerak dan pola dialog seperti randai.
Susunan Acara Penampilan Randai
1.      Pembukaan
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
2.      Sambutan
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
3.      Bercerita
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
4.      Istirahat
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
5.      Penutup
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
2.3  Perkembangan Randai
Randai awalnya dimainkan oleh masyarakat Sumatera Barat,tapi sekarang Randai juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti di Kuantan Singingi,tapi sekarang pertunjukan Randai ini sudah jarang di pertunjukkan oleh mayarakat.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai. Sekarang ini randai merupakan sesuatu yang asing bagi para pemuda pemudi.

2.4  Cara Bermain Randai
Randai dimainkan oleh pemain utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,pameran utama ini bisa berjumlah satu orang,2,3 atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan ,dan dalam mebawakan atau memerankannya,pemeran utama diingkari oleh anggota2 lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Gesekan Piual—Biolahentakan pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang, kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan Randai.
Seni Budaya Kuansing Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun. Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini. Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai. Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan dengan alur ceritanya. Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di Kampung Kopah Teluk Kuantan.
2.5  Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat
Randai merupakan suatu kesenian asli daerah kuantan singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini mengisahkan seorang bujang gadi ( laki-laki yang berpenampilan wanita) dalam kehidupannya sehari-hari. Alat musik yang paling dominan dimainkan dalam mengiringi kesenian randai ini adalah biola.
Randai merupakan musik tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang pemain musik, beberapa para penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para penonton. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
2.6  Maestro Randai Kuansing
Satu Maestro Randai yang tunak dengan pelestarian dan pengembangan budaya Randai ini adalah Fakhri Semekot yang menghargai dan mencintai seni tradisi, terlepas dari etnisitas. Beliau sangat menunjukkan nilai kepeloporan yang menjadi inspirasi monumental bagi masyarakat, serta berkontribusi pada konteks kemajuan bidang seni yang ditekuninya. Selain itu beliau memperlihatkan kepedulian pada kemajuan bidang seni yang ditekuni dan berkontribusi pada peningkatan apresiasi seni di masyarakat, serta memberi kontribusi positif bagi generasi muda dan masyarakat.


TAMADDUN MELAYU
Kuantan Singingi
Budaya Tradisi Kuansing
“RANDAI KUANTAN”
Description: Hasil gambar untuk gambar randai kuantan
Disusun Oleh :
NAMA      : ARIS SUGIARTO
NPM           : 180210009

Dosen Pengampu
H. MASHADI, SP.,M.Si

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI
T.A 2018/2019


KATA PENGANTAR

Teriring do’a sebagai seorang hamba, segenap ikhtiar sebagai seorang khalifah, dan segala puji syukur milik Allah SWT, Pencipta semesta alam, yang menaburkan kehidupan dengan penuh hikmah. Dengan limpahan rahmat, taufik serta inayah-Nya, penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Randai ”.
Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, sang penerang umat, juga kepada keluarga yang mulia,sahabatnya yang tercinta dan umatnya yang setia  akhir zaman semoga kita mendapat syafaat-Nya, Amien….
Dengan terselesaikannya makalah ini, tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini . 
Sebagaimana pepatah mengatakan  Tiada gading yang tak retak, maka penulisan makalah inipun tentunya dijumpai banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharap tegur serta saran-saran penyempurnaan, agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.

                                                                                                 Teluk Kuantan,4 Februari 2019
                                                                                                           
                                                                                                                  Aris Sugiarto








DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... I
Daftar Isi............................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Makalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenal Randai Kuantan................................................................................ 2
2.2 Sejarah Asal Usul Randai Kuantan................................................................... 3
2.3 Perkembangan Randai....................................................................................... 6
2.4 Cara Bermain Randai........................................................................................ 6
2.5 Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat.......................................................... 9
2.6 Maestro Randai Kuansing................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan....................................................................................................... 10
3.2  Saran................................................................................................................. 10












BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Akhir-akhir ini telah banyak berbagai macam musik baru yang baru kita kenal di masyarakat,seperti adanya musik barat,pop,dangdut,dll. Masyarakat cenderung lebih tertarik kepada hal-hal yang baru,dan mereka melupakan musik-musk tradisional yang dari dulunya ada sejak zaman nenek moyang kita,bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal musik-musik di daerahnya.
Di kalangan remaja apalagi,mereka cenderung menyukai musik-musik baru seperti barat,pop dan dangdut,yang menurut mereka itu”gaul” dan nge-tern.
Contoh salah satu musik daerah yang ada di Kuansing adalah seperti Randai.Randai awalnya berasal dari Sumatera Barat,tapi kesenian Randai ini juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti Kuansing.

1.2 Tujuan Makalah
1.Memahami asal usul randai.
2.Memahami perkembangan randai.
3.Memahami cara bermain randai.
4.Memahami fungsi musik randai dalam masyarakat
5.Mengetahui Maestro Randai Kuansing
6.Mengenalkan Randai Kuansing






BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Mengenal Randai Kuantan                                                                                          
Randai Kuantan merupakan seni teater rakyat asal Kuantan Singingi yang cukup terkenal hingga saat ini. Di tahun 2016, pertunjukan seni ini masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di tingkat nasional.
Description: Hasil gambar untuk gambar randai kuantanRandai dalam bahasa Kuantan Singingi juga sering dikaitkan dengan kata ‘berandai-andai’. Sebab dalam penampilan pertunjukan, seseorang sering tampil sebagai sosok di luar dari siapa dirinya. Seolah sedang berandai-andai menjadi diri orang lain.                                                 Pertunjukan seni randai menampilkan cerita yang disajikan dalam bentuk kisahan (narasi), cakapan (dialog), musik (instrumen dan vokal), serta tarian joget. Randai dipenuhi suasana ceria, gembira dan suka cita. Para pemainnya dibatasi dengan lingkaran yang kemedian dileburkan dengan penonton pada saat berjoged bersama. Permainan Randai di Kuantan Singingi saat ini umumnya dimiliki oleh setiap kampung, dimana setiap kampung memiliki tim khusus. Anggotanya bisa mencapai 20 hingga 30 orang. Semua orang bisa bergabung menjadi anggota randai. Para anggota randai ini disebut anak randai, sementara untuk pimpinannya disebut induk randai. Induk randai adalah seorang yang memiliki kemampuan bercerita, mampu menjadi sutradara dan bisa melatih anak-anak randai. Ada juga sebutan ketua randai, yakni sebutan untuk pimpinan kelompok yang mengurusi ihwal administratif ke pihak luar, sebab induk randai khusus untuk mengelola internal kelompok.       Pada masa dahulu, kekuatan budaya Islam sangat kuat di tengah masyarakat Kuantan Singingi, sehingga para anak randai hanya dimainkan oleh laki-laki. Jika ada peran perempuan yang harus dimainkan, biasanya tokoh laki-laki lah yang memerankannya. Hal ini untuk melindungi martabat kaum perempuan sebab umumnya pertunjukan ini dilakukan pada malam hari. 








Pertunjukan Randai Kuantan bisa kita saksikan pada acara-acara khalayak seperti pesta pernikahan, khitan, syukuran, kelahiran anak dan sebagainya. Durasi pertunjukannya bisa memakan waktu 3 hingga 4 jam lamanya, tergantung pada alur cerita yang ditampilkan. Para anak randai menggunakan pakaian sesuai dengan perannya masing-masing. Di awal dulu soal pakaian ini tak begitu diperhatikan. Anak randai bisa memakai pakaian biasa. Namun saat ini bahkan setiap kelompok umumnya telah memiliki seragam untuk penampilan. Ada juga yang tetap disesuaikan dengan tokoh yang dimainkannya. Joged menjadi unsur yang sangat penting dalam pertunjukan randai. Joged ini nantinya akan melambangkan kebersamaan, terutama setelah lingkaran yang dibuat oleh para pemain lebur dengan penonton. Dengan kekuatan randai, berandai-andai mampu menyatukan nilai-nilai kebersamaan dan unsur hiburan.
2.2 
Sejarah Asal Usul Randai Kuantan                                                    
Randai mulai dikenal oleh masyarakat Batang/Sungai Kuantan (Indragiri) sejak tahun 1930-an. Tepatnya dibawa oleh para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan randai dari daerahnya. Saat itu perdagangan getah/karet sedang mencapai puncak kejayaannya sehingga pada pedagang Minangkabau banyak yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu penampilan randai yang disajikan oleh para pedagang Minangkabau pada saat itu adalah cerita Cindur Mato. Dalam perkembangannya, pertunjukan randai ini mulai dimainkan oleh warga setempat, hingga kemudian keseluruhan dilakukan oleh masyarakat Kuantan dengan menggunakan budaya tempatan sepenuhnya. 
Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira.                                                                                Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
1.      Lingkaran pemain yang duduk berjongkok menyaksikan adegan-adegan di dalam lingkaran itu,
2.      Teriakan-teriakan hep-heptaaa di awal dan akhir suatu adegan sambil berdiri atau duduk,
3.      Serta dendang ”Palayaran” (sebuah lagu yang diiringi alat musik tunggal biola, bagai meratapi perjalanan atau derita yang dialami si tokoh cerita).
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi36WH9gQPGUQt2vi2DTIUj5DmR5IOjqYysiYZcT9Cdk2OdgNU3Kg2LIhjhqjWpvyMYL1YCuFWYlJfOT4yo4vEKbZiG05bTCOK5QaaYYaGr12YZ7hBWx7ZiJo2COzbJ4514mHhvW7fpWb9P/s400/Randai+Kuantan+Singingi+Seni+dan+Budaya+2.png










Pada awal-awalnya tradisi ini dilakukan, setiap kelompok randai biasanya akan didampingi oleh tetua kampung yang menjaga semangat kebatinan magis para pemainnya. Seorang tetua kampung akan jongkok menyaksikan kelompoknya bertanding, sehingga ada semacam perang magis antar tetua kampung. Namun seiring dengan waktu, hal ini mulai diabaikan oleh masyarakat sehingga nilai pertunjukan yang dihadirkan semata-mata untuk memenuhi unsur hiburan.                                                                                                         
          Seiring dengan pelestarian budaya pacu jalur, Randai Kuantan ini juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu buktinya adalah pertunjukan ini sering ditampilkan pada even budaya nasional pacu jalur yang dilakukan setiap tahun. Randai menjadi pertunjukan tradisional yang sering disewa untuk kegiatan pesta atau hajatan-hajatan warganya. Para pemainnya pun diberi uang lelah sehingga mereka tetap mau menghidupkan tradisi pertunjukan Randai Kuantan. Salah satu cerita randai yang cukup terkenal adalah kisah Ali Baba dan Fatimah Kayo. Randai Kuantan pun mulai dibawa ke luar negeri untuk diperkenalkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Riau, Indonesia
Pada awalnya randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang di sendangkan dan gelombang-gelombang tari yang berasal dari gerakan 2 silat minangkabau. Randai dalam sejarah Minangkabau Konon kabarnya ia sempat dimainkan oleh masyarakat Pariangan Padang Panjang ketika mesyarakat tersebut berhasil menangkap rusa yang keluar dari laut.
Randai di Minangkabau suatu kesenian yang dimainkan oleh beberapa orang, berkelompok atau beregu, dimana dalam randai ini ada cerita yang dibawakan, seperti cerita Cindua Mato, Malin Deman, Anggun Nan Tongga, dan cerita rakyat lainnya.
Pemeran utama berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut. Sekarang ini Randai merupakan sesuatu yang asing bagi pemuda-pemudi Minangkabau, hal ini dikarenakan bergesernya orientasi kesenian atau kegemaran dari generasi tersebut. Randai terdapat di Pasisie dan daerah Darek (daratan).
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang (tari) yang bersumber dari gerakan-gerakan silat Minangkabau. namun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya penokohan dan dialog dalam sandiwara-sandiwara modern, seperti kelompok Dardanela dan Tonil pada awal abad ke 20.Jadi, Randai adalah media untuk menyampaikan cerita-cerita rakyat, dan kurang tepat jika Randai disebut sebagai Teater tradisi Minangkabau walaupun dalam perkembangannya Randai mengadopsi gaya bercerita atau dialog teater atau sandiwara.
"Sebelum randai menjadi teater berkembang saat ini, dulunya adalah tari randai. Tari randai dipelihara di perguruan silat yang mengajarkan Ulua Ambek terutama di daerah pesisir (Padang Pariaman). Tak heran tari-tari Minang kontemporer dewasa ini, ada yang pola gerak dan pola dialog seperti randai.
Susunan Acara Penampilan Randai
1.      Pembukaan
Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
2.      Sambutan
Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
3.      Bercerita
Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
4.      Istirahat
Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
5.      Penutup
Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.
2.3  Perkembangan Randai
Randai awalnya dimainkan oleh masyarakat Sumatera Barat,tapi sekarang Randai juga dimainkan oleh beberapa daerah seperti di Kuantan Singingi,tapi sekarang pertunjukan Randai ini sudah jarang di pertunjukkan oleh mayarakat.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai. Sekarang ini randai merupakan sesuatu yang asing bagi para pemuda pemudi.

2.4  Cara Bermain Randai
Randai dimainkan oleh pemain utama yang akan bertugas menyampaikan cerita,pameran utama ini bisa berjumlah satu orang,2,3 atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan ,dan dalam mebawakan atau memerankannya,pemeran utama diingkari oleh anggota2 lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlangsungnya acara tersebut.
Gesekan Piual—Biolahentakan pukulan Gondang dan tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi. Randai Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang, kenduri kampung dan acara lainnya yang di anggap perlu untuk menampilkan Randai.
Seni Budaya Kuansing Randai Kuansing biasanya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa. Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenian rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun. Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini. Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai. Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutradara dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan dengan alur ceritanya. Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. peran masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di Kampung Kopah Teluk Kuantan.
2.5  Fungsi Musik Randai Dalam Masyarakat
Randai merupakan suatu kesenian asli daerah kuantan singingi yang unik, dimana dalam kesenian ini mengisahkan seorang bujang gadi ( laki-laki yang berpenampilan wanita) dalam kehidupannya sehari-hari. Alat musik yang paling dominan dimainkan dalam mengiringi kesenian randai ini adalah biola.
Randai merupakan musik tradisional yang didalamnya terdapat seni musik, seni teater dan juga seni tari, bahkan seni sastra. Kesenian randai ini terdiri dari beberapa orang pemain musik, beberapa para penari. Dan lebih uniknya dari kesenian randai ini ialah ada beberapa orang Bujang - Gadis yang menjadi pusat perhatian para penonton. Randai ini bertujuan untuk menghibur masyarakat biasanya diadakan pada saat pesta rakyat atau pada hari raya Idul Fitri. Randai ini dimainkan oleh pemeran utama yang akan bertugas menyampaikan cerita, pemeran utama ini bisa berjumlah satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dibawakan, dan dalam membawakan atau memerankannya pemeran utama dilingkari oleh anggota-anggota lain yang bertujuan untuk menyemarakkan berlansungnya acara tersebut.
2.6  Maestro Randai Kuansing
Satu Maestro Randai yang tunak dengan pelestarian dan pengembangan budaya Randai ini adalah Fakhri Semekot yang menghargai dan mencintai seni tradisi, terlepas dari etnisitas. Beliau sangat menunjukkan nilai kepeloporan yang menjadi inspirasi monumental bagi masyarakat, serta berkontribusi pada konteks kemajuan bidang seni yang ditekuninya. Selain itu beliau memperlihatkan kepedulian pada kemajuan bidang seni yang ditekuni dan berkontribusi pada peningkatan apresiasi seni di masyarakat, serta memberi kontribusi positif bagi generasi muda dan masyarakat.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari karya tulis yang dibuat penulis,kita dapat menyimpulkan bahwa musik daerah seperti Randai harus tetap dilestarikan dan harus dikenal oleh masyarakat,terutama bagi kalangan remaja yang mulai melupakan karya musik daerah.
3.2  Saran
Agar budaya didaerah kita tidak hilang dan mudah dikenal di masyarakat,sebaiknya buatlah musik daerah itu semenarik mungkin,tapi tidak merubah ciri khas dari musik daerah itu sendiri, hal ini agar musik daerah intu banyak diminati oleh masyarakat.
 BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari karya tulis yang dibuat penulis,kita dapat menyimpulkan bahwa musik daerah seperti Randai harus tetap dilestarikan dan harus dikenal oleh masyarakat,terutama bagi kalangan remaja yang mulai melupakan karya musik daerah.
3.2  Saran
Agar budaya didaerah kita tidak hilang dan mudah dikenal di masyarakat,sebaiknya buatlah musik daerah itu semenarik mungkin,tapi tidak merubah ciri khas dari musik daerah itu sendiri, hal ini agar musik daerah intu banyak diminati oleh masyarakat.


MAKALAH TENTANG RANDAI KUANTAN

TAMADDUN MELAYU Kuantan Singingi Budaya Tradisi Kuansing “RANDAI KUANTAN” Disusun Oleh : NAMA      : ARIS SUGIARTO NPM     ...